Senin, 28 Agustus 2017

DASTER ITU NGANU

Tanyakan pada si kecil, betapa nyaman dan tentram hatinya melihat si Emak memakai pakaian rumahan yang membuatnya selalu pengen nemplok. Atau kita coba, saat sore mulai singgah, sehabis mandi dengan aroma mint atau sabun buah, si Emak buka lemari dan memilih gamis cantik berikut kerudungnya. Tetiba, wawancara ramai pun dimulai, satu persatu anak mulai heboh, "Maaak ikut, Mak"
"Maaakkkk, mau kemana?" sambil ikutan keliling rumah, manyun, pegang baju si Emak untuk sekedar mencuri perhatiannya. Ga jauh-jauh juga kok, anak mertua juga bakal nanyain, " Ayang Bebeb mau kemana nih, arisan, PKK?

Tapi begitu keluar kamar mandi, si emak pakai daster kesayangan, ga ada yang khawatir Emaknya bepergian, rumah anteng. Tuh kan daster itu emang nganu.

Foto Bakul Daster.
Contoh daster modis masakini
Gimana coba, daster adalah seragamnya Emak-Emak dari Sabang sampai Merauke, bahannya halus, silir, apalagi sekarang modelnya cantik, modis dan bisa dipakai dalam berbagai kegiatan yang inspiratif :
1. Tidur
2. Masak
3. Nonton Tipi
4. Pesbukan
5. Ngisi Kulwap
6. Telpon-telponan ama buyer
7. Umbah-umbah
8. Asah-asah
9. Momong
10. Nulis Buku
11. Ngompol (Ngomongin Politik)
12. Ngecekin Admin
13. Dehem-dehem
14. Indehoy
15. Biar anti mainstream, bisa buat seragam mantu hehehe, ngirit

Bentuk juga nyaman banget, dibuat jonjing, cingkrang, ngatung tidak sampai klangsrah nyapu trotoar. Lengannya juga tak kepanjangan, bisa dilingkis, digulung sampai siku, atau malah ada yang model kelelawar bak ksatria power rangers. Makin spektakuler bila dibiarkan makin mbladhus, suwek, sembret. Daster emang nganu, contohnya teman saya yang dosen dan sedang S3 itu saya pikir awalnya di rumah juga blazeran. Ternyata sama dengan Emak lainnya, dasternya bolong-bolong kecil kena minyak saat nggoreng rengginang. Kawan yang juga dokter, kadang saya bayangin tidurnya pakai jas mantel putih, kupingnya di bunteti stetoskop, jebulnya pas meriksa saya juga pakai daster, "Halah Jeng, di rumah aja kok ribet." Wallahhh. Kali karena waktu itu saya sedang memeriksakan kutil di telapak kaki.

Foto Bakul Daster.

Nah jiika kita pernah atau bahkan sering mendengar ada tausiyah pada pernikahan, biasanya diingatkan hal-hal ini, "Istri kalau pakai gamis bagus jangan saat resepsi, hajatan, kondangan saja, mana dandanannya heboh kaya mau main ludruk." terus disambung gini ... " giliran sampai di rumah, ganti  daster, belom lagi dasternya bolong-bolong dan rambut awut-awutan, bau minyak parem, mana ada suami betah dirumah. Mending suaminya pergi ngangkring pinggir jalan."

Hiks, kenapa daster, sungguh semakin lawas itu semakin nganu dan menimbulkan nganu. Jadi membayangkan andai saja kalo dirumah pakai baju kondangan dengan dandanan lengkap, takut dikira kena demam Singapore. Kemudian suami  juga memakai baju kerja yang bagus bin wangi, celana denim baju safari bertopi pula aaaarrrrrrggghhhh. Jadi sebenarnya sih bukan karena dasternya kan. Lebih kepada pemakainya. Lebay ah... insyaAllah bukan maksud taujihnya membully Daster sih, tapi betapa pentingnya penampilan di rumah untuk menghangatkan kisah cinta suami istri amboiiii.

Meski kita pakai daster, tetep bisa wangi dan eye catching kok. Di rawat sebagaimana baju lainnya, di cuci, beri pewangi srat sret srot, setrika necis, ahai tetep enak di pandang. Apalagi kalau dasternya bentuknya payung, bertali satu pun jadinya tetep semlohoi. Coba tengok lapak Bakul Daster penggemarnya banyak, modelnya apik, pas dikocek istri, apalagi dikantong suami ehem-ehem. Mbok yakin, kalau suami sudah mengerti harga daster dan kenyamanan yang didapat, bakal beli sekodi tiap bulan hehehehe.

Sementara kemantapan pemakaian daster berlangsung, survey para ahli pun menyatakan jika pasangan hidup itu akan lebih merasa nyaman, saat dia disambut dengan wajah berseri-seri istrinya, tulus dari dalam hati, ramah dan menenangkan. Peduli meski hanya bertanya pada hal-hal standar, "bagaimana harimu, pekerjaanmu", sejenak berdua bercerita ringan, genggam tangan pasangan atau malah pijat-pijat mesra ... pokoknya ihukkkkk tenan. Jangan lupa dasternya dipakai Mak. Jadi tahu kan kalau daster itu nganu ...

Hidup daster!!! Pengen tahu warna-warni daster mangstabbb bisa meluncur ke Bakul Daster Recommended

Jumat, 09 September 2016

Ibu Mendongenglah, Ayah Berdeklamasilah

Z
aman serba canggih dan para ahli mulai menyimpulkan bahwa perkembangan psikologi anak tidak lagi diperhatikan penuh oleh orang tua. Orang tua hanya memberikan fasilitas yang kebanyakan berupa barang elektonik. Tetapi terkadang tak bermanfaat bagi anak. Kegiatan yang dahulu kerap di berikan oleh orang tua kepada anak dan dianggap menyenangkan bagi anak tak lagi populer bagi masyarakat kita seperti mendongeng cerpen anak.


Anak sekarang terkadang tak lagi memiliki waktu bermain dengan kawan-kawan sebayanya, sejak bangun tidur hingga tidur lagi menghabiskan waktunya dengan belajar di sekolah. Belajar berbagai hal eksata dan bahasa, atau ketramilan-ketrampilan yang tbukan pilihannya. Sehabis pulang dari sekolah, anak menghabiskan waktu untuk nonton televisi dengan berbagai acara. Sayangnya kebanyakan tak cocok dan tak baik bagi perkembangan anak. Dan ketika bosan dengan acara televisi anak akan pindah ke main game. Ada yang tega pula membelikan gadget khusus anaknya.

Manfaat Mendongeng Bagi Perkembangan Anak

Ada kegiatan yang mendukung kemelekatan antara orangtua dan anak. Gratis dan santai. Menghibur dan mendidik. Kegiatan mendongeng jauh lebih bermanfaat, setidaknya mendongeng memiliki beberapa manfaat penting bagi anak, berikut di antaranya:
  1. Pertama, mengasah daya pikir dan imaginasi anak. Ketika kita bercerita dongeng kapada anak. Anak akan seolah masuk dalam cerita yang kita bawakan. Lebih-lebih anak dapat membayangkan bagaimana jalan ceritanya. Anak akan menfisualisasikan sendiri tokoh dalam cerita dan keadaan-keadaan yang meliputi cerita. Hal ini tentu berbeda dengan televisi yang sudah menyediakan audio dan vidio. Tentu imaginasi anak akan sangat terbatas jika menonton televisi. Jadi jika anda menginginkan perkembangan daya pikir anak baik dan optimal, ada baiknya anda berdongeng kepadanya.
  2. Menanamkan nilai-nilai dan etika pada anak. Dongeng yang kita bawakan kepada anak, pasti memiliki nilai-nilai dan etika yang baik untuk dilakukan oleh anak. Dengan menvisualisasikanya ke bentuk cerita, anak akan cepat menyerap nilai-nilai tersebut. Misalnya kita mengajarkan dalam dongen tentang kejujuran, kerjakaeras, ataupun rendah hati. Anak akan mengingat ceritanya lalu melakukanya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kita dapat menanamkan nilai gosok gigi tiap malam.
  3. Menumbuhkan minat baca. Anak bagai masuk dalam jebakan anda. ketika dia sudah tertarik dengan berbagai cerita yang anda bawakan. Tentu anak punya keinginan untuk mengetahui banyak cerita tanpa harus anda ceritakan. Maka dengan sendirinya anak akan membaca banyak cerita. Hal tersebut juga meningkatkan minat baca anak.
Tidak ada batasan waktu mengenai kapan anak bisa kita beri dongeng. Tetapi semakin dini kita sering bercerita, secara otomatis kita banyak memasukkan pengetahuan baru pada anak. Tentu ini baik untuk perkembangan anak. Sayangnya banyak orang tua yang tak mengerti bagaimana dongeng yang baik dan bagaimana ceritanya.
Untuk itu, orang tua dapat memanfaatkan www.ceritaanak.org untuk membacakan dongeng pada anak terutama pada anak yang belum bisa membaca. Sementara bagi anak yang sudah bisa membaca, mereka dapat secara langsung mengunjungi website ini. Dimana dalam www.ceritaanak.org, selain dongeng rakyak, ada cerita kiriman dari pembaca juga yang biasanya berupa cerpen anak, bahkan juga ada dongeng dalam bahasa inggris. Selamat berselancar.

Senin, 05 September 2016

>> >> JEPANG vs LOKAL

http://harianjogja.bisnis.com/read/20150627/8/1096/ramadan-omzet-penjualan-mukena-naik-50
Iseng-iseng siang ini mengulas bahan kain ah. Kebetulan Rumah Asa di lini kreatifnya sering bikin mukena atau gamis dan dress dari bahan katun jepang atau katun jepang reaktif. Jadi gini ya Say, ada banyak pertanyaan juga dari pemustaka alias peminjam dan pebaca buku tentang apa sih katun, apa to katun jepang, aslinya kek mana, palsunya yang gimana pula? Maklum mereka ini pun juga terkadang latihan jadi reseller dan dijual online via FB.

Nah dari kemarin tuh lihat postingan olshop dan kawan-kawan juga status yang lewat, tentang katun jepang premium, katun jepang ori, katun jepang reaktif  dan memang sudah lama juga kita perhatikan masih banyak yang ragu dengan kain jepang, terkait ori atau ngganya... polemiknya ada di soal harga, kualitas bahan, warna/motif, penampakannya, perwajahannya daaaaaannnn kebanyakan selalu disimpulkan kalau yang ori pastilah mahal. By the way, ori itu singkatan dari original alias asli ya Kawans. Sedang, katun jepang sendiri biasa disingkat KJ atau Katjep. So sementara ini yang berkembang kesimpulannya adalah kalau ori pasti dan sudah sewajarnya mahal, kalau yang murah meriah kemungkinan besar palsu alias ga asli.
Nah sekarang soal kualitas dan karakter bahan yang bikin beda dengan  katun lokal yang kita kenal selama ini. Ternyata katun jepang dari segi seratnya lebih rapat Say (Kalau mau lebih jelas dan kentara, coba disandingin aja, pasti kelihatan kerapatan seratnya) dan katun jepang ini terbuat dari 100% cotton tanpa campuran bahan sintetis apapun, nah ini nih yg bikin katun jepang itu adeeem bangeet... kl dr sisi warna dan motif betul memang katun jepang itu lbh berwarna atau collorfull dengan motif yang cerah, lucu dan berbunga-bunga #sepertihatiku...  qiqi...

Udah Jadi dan SOLD OUT koleksi foto TBM RUMAH ASA
Kalau dari sisi penampakan ada yang bilang kalau yang ori itu mengkilap atau shiny, ada betulnya tapi juga ngga selalu.. Lho kok bisa..hehe...ya itu tadi karena memang print warna katun jepang itu sangat collorfull, sehingga terkesan shiny, tapi ini tidak menunjukkan kalau karakter bahannya shiny, beda dengan misalnya bahan satin, maxmara, velvet  atau baloteli yang memang karakter bahannya mengkilap. Kemudian si katjep ini memang lebih awet kualitas warnanya, ini testimoni aja dari beberapa orang yang udah punya dan seringkali dicuci.

Naaaah yang terakhir nih soal harga yang bikin saya tergelitik geli...haha... Mosok dibilang kalau yang murah kemungkinan bukan ori... Hmmm gak juga sih ya, mungkin Anda mindset aja, karena soal mahal/tdk itu juga sangat relatif, kalau Mbak Bro beli di brand/olshop terkenal, tentu saja akan mahal karena perjuangan untuk  mengenalkan sebuah brand itu juga suatu hal yang ngga mudah. Belum lagi terkait aspek lainnya, Seperti produksi, sarana promosi, tempat dan hal lainnya...


Aaah ngga kok Mba, saya beli di tempat/olshop yang biasa aja, brandnya juga ngga terkenal, tapi kok ya tetep mihilnya super duper... nah kalau dari sisi ini bisa jadi anda beli bukan pada tangan pertama, atau anda beli pada tangan pertama tapi  produksinya masih terbatas, atau memang modelnya motifnya kombinasinya terbatas misal hanya ada 1 untuk 1 dress. Jadi memang persoalan kembali relatif. Juga kembali ke konsumen juga, biasanya konsumen suka kan egonya terpenuhi, barang limited, kualitas bagus, jahitan bahkan super butik, tentu ga bisa murah dong. Bahkan bisa jadi harga 1 juta pun bagi kalangan tertentu akan teramat sangat murahnya. Untuk soal ini bahkan sesama produsen pun ada yang bisa jual dengan harga sangat murah atau sangat mahal, ini juga terkait dengan si produsen bisa enggaknya mendapatkan suplier/importir bahan yang jatuhnya murah. Iya kan?

Terus satu lagi nih, untuk katun jepang yang ori selalu ditepi kainnya ada tulisan japan design 100% cotton/ print cotton japan/ pure japanese cotton (ada lambang warna) dan sejenisnya...tapiii ini ngga bisa dilihat/dicari digamis yang sudah jadi (belum tentu ketemu) karena ini adanya dibagian tepi bahan yang belum tentu terpakai. Ntar dirumah dicari-cari lagi, lho mana Mba, katanya ada tulisan japan design, kok ini ngga ada... Hahahahaha ah kamu

>> >> Ideas are CHEAP?

Image result for ideas are cheap
http://www.slideshare.net/marcopaglia/why-you-shouldnt-fall-in-love-with-every-idea

Saya menemukan banyak quotes, “Ideas are cheap, execution is worth millions” dan sepertinya memang harus sangat setuju. Karena Ideas without execution adalah muluk-muluk belaka, hatta sekedar mimpi. Nah masalahnya, banyak yang kemudian berhenti di ide kreatifnya. Bukan terus meng-claim kami adalah sekumpulan orang kreatif lho hohohohoho. Hanya sayang, saat zaman demikian canggihnya, terbuka untuk diakses siapa saja, dimana saja malah kita bagai mati di lumbung padi. Kan judulnya jadi ironis. Justru sekarang ini tidak sulit mencari eksekutor yang sangat baik dan punya ppengalaman yang bagus untuk mengerjakan atau dimintai saran tentang berbagai ide berkecamuk atau pun pada ranah sudah menjadi berbagai macam jenis pekerjaan, namun asli quote berbidang hijau diatas itu bener banget, ideas are cheap so why should we economize? Istilahnya kalau mimpi aja gratis, kenapa juga ga berani mimpi. Gitu kali ye Bro

Inovasi bisa dimana saja.
Disaat Tamana Baca Masyarakat (TBM) dihadirkan ada yang dibangun sekedar baik dan benar, sekedar memuaskan penguasa, sekedar menghabiskan dana project yang menjadikan arti sekedar pun jadi terasa lebih akut terdengar. 

Akan berbeda bilamana tempat seadanya, buku minimalis, pustakawan pas-pasan baik tampang, modal, perawakan dan wawasan namun mereka ga mau hanya sekedarnya saja, berjibaku untuk memberi konsep indah dan mewah dengan ide kreatif. Nah yang kek gini ini yang nantinya akan dieksekusi dengan bantuan gambar yang bagus dari "arsitek" TBM yang mumpuni.  Setidaknya TBM alakadarnya sudah punya track record yang baik. Tinggal yang dibutuhkan adalah menata konsep tadi supaya menjadi Taman Baca Masyarakat yang berbeda dengan lainnya namun dibutuhkan orang banyak. Tentu saja konsep TBM tak akan lari dari visi menumbuhkan minat baca dan memberi virus-virus untuk gila baca.... gila nge-blog juga ahahihihihi :D
Sehingga saat Dinas utamanya menghelat begitu banyak lomba inovasi internal yang digelar dengan biaya yang tidak sedikit,  konsep kreatif di TBM sudah dimainkan dengan antusias. Ada yang keroncong, ada yang milih bossanova, ada yang gaya rock n roll atau malah campursari dan dangdut. Lomba pun punya dampak yang benar-benar  berdampak dan tidak sekedar seremonial.
Dimanapun menurut saya TBM diperlukan ide kreatifnya baik untuk dirinya terlebih untuk masyarakatnya. Belajar tentang industri kreatif sedikit kita kupas ulasan dari trainer nasional Yoris Sebastian untuk Film Prenjak (iki sing werno biru di klik ae, kui ono link alias tautane yo Bro. Sing ora iso Jowo, googling ae yo Dab) yang baru-baru ini menang sebagai film pendek terbaik dalam “Critic’s Week Festival Film Cannes 2016” mungkin bisa membuka mata kita soal ide kreatif memang benar-benar penting. Kenapa?
Menurut Mas Yoris, kualitas eksekutor film Indonesia sudah bagus-bagus. Bahkan dari dulu, bukan sekarang saja sebenarnya Indonesia sudah tercatat di Festival Film Cannes waktu film Tjoet Nja’ Dhien arahan sutradara Eros Djarot lolos ikuti kompetisi film panjang dalam kategori Semaine de la Critique atau Critic’s Week tahun 1989.
Sutradara Garin Nugroho juga pernah meloloskan dua filmnya dalam kategori Un Certain Regard, satu kategori film-film independen terbaik dunia. Film Daun di Atas Bantal berkompetisi tahun 1998, kemudian Serambi tahun 2006 dalam kategori yang sama.
Sutradara muda Indonesia, Edwin, juga muncul tahun 2005 di Cannes lewat film Kara, Anak Sebatang Pohon. Edwin berkompetisi dalam kategori Quinzaine des Realisateurs atau Director’s Fortnight.
Semuanya menunjukkan kualitas yang luar biasa, namun belum menang. Lalu datanglah film Prenjak tahun ini yang justru paling sederhana menurut para juri. Namun di balik kesederhaan film ini, ide ceritanya begitu berbeda. Film ini bercerita tentang Diah (Rosa Sinegar) seorang gadis di sebuah desa, yang karena putus asa, menawarkan kepada Jarwo (Yohanes Budyambara), korek api seharga Rp.10.000 perbatang, untuk dinyalakan dan digunakan mengintip vaginanya.
Ideas are cheap karena sutradara dan penulis cerita Wregas Bhanuteja (millennials kelahiran tahun 1992)  tidak perlu bayar mahal untuk ide kreatif yang dia pikirkan sendiri. Namun ide kreatif menjadi mahal untuk mereka yang tidak juga berhasil mendapatkannya. Kita jadi tersadar bahwa ide itu mahal saat Prenjak menang di Cannes dengan keserdehanaan film namun sangat kuat di ide cerita dan metafora-metafora yang tidak pernah dibayangkan juri-juri Eropa di Cannes.
Kemenangan Prenjak bukan didukung oleh kamera terbaru di dunia perfilman ataupun berbagai biaya eksukusi tinggi lainnya. Prenjak menang karena ide yang kuat dan dieksekusi dengan baik dengan peralatan yang ada saja. Eksekusi harus baik, itu tidak dipungkiri namun menurut Mas Yoris eksekusi dengan sangat maksimal sesuai dengan kapasitas kita masing-masing saja.
Film Prenjak harusnya menyadarkan kita semua bahwa kekuatan ide dan penulisan naskah yang sebenarnya ada di manusia sehingga tidak memerlukan biaya besar ini yang harusnya bisa jadi inspirasi di bisnis apapun yang kita lakukan, apalagi di ranah social entrepreneur macam Taman Baca Masyarakat (TBM). bahwa local wisdom dan local heritage kita sebenarnya punya peluang membawa kita ke tingkat dunia. Dan film Prenjak lagi-lagi membuktikan statement tersebut. Yuk TBM'ers Jogja, rebut peluang tersebut…!!!

Minggu, 04 September 2016

>> >> 1.000 Pengunjung Saban Hari

Gedung Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga


WOW... dan ini kunjungan nyata dalam arti manusia fisik. Maklum dimari ya Mas Mba semuanya, dunia kita sudah mengalami penambahan, dunia nyata, dunia ghoib dan dunia maya :D :D :D Kerennya lagi, sebanyak ini adalah kunjungan ke Perpustakaan. Kemungkinan warganya sudah kena virus membaca akut. Kok bisa-bisanya mengunjungi perpustakaan sebanyak ini, mbok yang mainstream to, yang lain aja ogah ke Pepustakaan kok, alergi. Orang aneh manalagi ini Bro?

Adalah Perpustakaan milik Kotamadya terkecil di Salatiga. Kok bisa seramai itu? Ternyata dunia baca itu luas, inspirasi bisa datang dari mana saja termasuk menginspirasi pun bisa datang dari aktifitas kreatif. Iya, ternyata pustakawan disini tidak melulu dibalik meja menghadapi pengunjung alias pemustaka doang mereka pun kerap kali membuka bazaar yang melibatkan masyarakat dan bazaar buku dengan penerbit dan toko buku. Rata-rata durasinya pun panjang, selama 2 pekan. Jadi ga cuman mak nyuk terus ambyarrrr... Masyarakat marem tenan. Efek buruknya,masyarakat nggosipin Perpustakaan Kota Salatiga. Gosip-gosip ini berdampak buruk sekali, perpustakaan kewalahan karena mbludagnya pengunjung, pustakawan hampir gak ada waktu buat ngeblog saking rewelnya masyarakat ini. Udah minjem gratis, usal-usul beli buku a, beli buku x, nambah fasilitas itu, dan lain sebagainya. Keren dah.

Bazar bisa dilaksanakan di halaman Kantor Persipda Salatiga, berikut juga join dengan schedule Pemkot Salatiga, misal Mei kemarin bergairah ikut Salatiga Expo 2016 di Lapangan Pancasila. Selain membuka stand promosi, Perpustakaan ini melayani masyarakat dengan Lomba Mendongen dengan pesertanya murid-murid Sekolah Dasar. Kalau anak usia SD yang datang kan pastinya pengawalnya juga heboh tuh, Bapak Ibu asti rawuh juga untuk mengapresiasi putra-putrinya. Secara ga sengaja, pasti dapat tuh sosialisasi Program Perpustakaan.

Totall koleksi sekarang lebih dari 34.000 judul buku, dan dari dana APBD Pemkot Salatiga, rata-rata ada penambahan buku 4.000 eksemplar. Hal ini juga sesuai need assesment masyarakat. Bikin berbahagia, tahun 2015 dari hasil rekapitulasi data perpustakaan kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kota Salatiga menduduki peringkat pertama dengan jumlah pengunjung / pembaca terbanyak mencapai 355.134 orang. Peringkat kedua dari 35 daerah adalah Kabupaten Wonosobo sebanyak 266.597 orang dan peringkat ketiga adalah Kabupaten Batang sebanyak 209.868 pemustaka. Harap maklum meski Rumah Asa di Jogja, tapi karena pendiri asli Salatiga, kok yo tetep ikut bangga memiliki hahahaha.Barakallah. Aamiin.

Oleh-oleh dari mudik Salatiga. Today is where your book begin, the rest is still unwritten. Semangat

Sabtu, 03 September 2016

>> >> MUKIDI, MUKIDI LAGI



Image result for mukidi
travel.tribunnews.com




Mana cerita Mukidi yang membuatmu terbahak? Hampir semuanya kan... Kocak, sederhana dan segar. Pagi ini setelah membaca Kisah Mukidi Naik Onta, tercenung kita dibuatnya. Ada hikmah dibalik cerita Mukidi dan yakin kalau sebenarnya Mukidi ini sosok yang religius. Berikut kisahnya :


NAIK UNTA



Mukidi lagi melancong ke Arab, seperti orang Indonesia yang lainnya. Dia juga ikut tour naik unta. Tapi unta di Arab tidak seperti unta di Indonesia, ketika Mukidi bilang, “duduk” dan unta langsung duduk.

Namun lain kejadiannya. Unta di Arab, walaupun Mukidi sudah bilang:“Duduk, sit.. sit, jongkok, diuk.”

Sang unta tetap berdiri, dan akibatnya Mukidi tidak bisa naik.

Pawang Unta (PU): “Bilang Assalamualaikum, baru unta duduk.”

Mukidi: “Asalamualaikum” langsung onta duduk, Mukidi naik, unta langsung berdiri lagi.

Mukidi: “Jalan.. jalan..” unta tetap diam. Dipukul pukul punggungnya, unta tetap tidak mau jalan.

PU :”Bilang Bismillah “

Mukidi : “Bismillah”

Onta jalan, Mukidi senang jalan naik unta dengan Pawang Unta berjalan di sampingnya.

Tak lama kemudian Mukidi bertanya, “Pawang. Bagaimana cara nyuruh untanya lari ya?”

PU: “Bilang aja Alhamdulilah”

Mukidi : “Alhamdulilah.” Dan unta pun berlari.

Mukidi senang sekali. Saking senangnya Mukidi bilang lagi “Alhamdulilah.” Dan si unta berlari tambah kencang, dan si Pawang Unta makin ketinggalan.

Ketika Mukidi sudah jauh si Pawang Unta baru ingat, belum memberi tahu caranya onta berhenti. Dari jauh PU berteriak: “Kalo mau berhenti bilang Innalillahi..”

Karena sudah jauh Mukidi tidak mendengar. Dan si unta terus berlari dengan kencang. Sampai akhirnya di kejauhan Mukidi melihat di depan ada jurang yang sangat dalam. Mukidi ketakutan, dan mencoba menghentikan onta: “Stop, stop, stoooop, stooop, oop, oop..!!”

Unta tetap berlari, jurang sudah terpampang di depan mata. “Mati gue!” kata Mukidi. Tahu dia akan jatuh kejurang dan mati. 

Dalam kepanikannya dia berteriak: “Innalillahi..!!” sambil memejamkan mata pasrah. Unta mendadak berhenti. Dan ketika Mukidi membuka mata. Dia melihat persis di tepi jurang. Saking senangnya tidak jadi mati, Mukidi berteriak: “Alhamdullilah!”

Religius dimananya, apa karena bilang bismillah, alhamdulillah dan innalillah. Oh noooo, bukan. Penghujung cerita membawa pesan untuk kita semua, mengendalikan diri sangatlah sulit. Apalagi saat kebahagiaan dan kesenangan bertabur kelegaan menghampiri hati kita. Tak jarang kita malah gampang lalai waspadalah waspadalah waspadalah.

Kamis, 01 September 2016

>> >> Where does “daster” came from?

Iseng kan? Kepikiran banget sih.... mana jam-jam segini para Bunda juga banyak yang berkutat dengan seragam nasional ini. Gimana tidak coba, namanya daster bikin kepincut wanita mana pun di Indonesia. Jangan kan Emak Istri kita, Bule-Bule yang saban hari lewat TBM Rumah Asa saja pake. Daster bahannya adem, potongannya longgar, ringkas di pake, motifnya cakep, homy banget dan percayalah mampu di rogoh kocek-kocek Ibu Rumah Tangga :D :D :D 

Sementara kabarnya, lini kreatif  Asakura Rumah Asa ada serbuan daster yang cukup nampol nih.

Buat nambahin vocabulary dan sedikit penasaran ane browsing asal muasal kata daster, iyyyyaaa pakaian cewek yang gak mungkin dipakai buat pesta kecuali si empunya acara emang lagi pengen dress code gaya daster hehehe... siapa tahu kan? Ternyata daster itu asalnya dari Barat. Coba aja cari kata “duster” di kamus, nanti bakal dapet artinya “semacam baju luar yang dipakai dirumah”. Baju yang ga mungkin dipake mejeng di mall, apalagi kondangan hahahaha. Tapi emang ampuhnya orang Indonesia, daster sekarang keren-keren. Ada yang semi gamis sehingga tetep bisa buat pengajian, arisan dan antre ke dokter.

Nah, sampai-sampai saya berpikir tak ada yang menandingi ketenaran daster? Asli mesti  paling populer di Indonesia. bahkan yang merasa dirinya high class women, socialite, pesohor, selebritis—atau apa saja asal itu merujuk pada perempuan kalangan atas yakin deh punya daster di lemarinya. Tentu saja daster mereka tak apek pun tak bolong di sana-sani. Pasti wangi. Terbuat dari kain kerap yang seratnya tak gampang tercerabut dan berserabut layaknya daster murah bin meriah made in pasar Klewer, Kapasan maupun Beringharjo. 

Koleksi FB Asakura Rumah Asa

Daster mereka mungkin lebih mirip kimononya perempuan Jepang. Tak jarang kimono-daster itu mereka pesan khusus dari perancang beken langganan mereka. Yang limited edition, alias edisi khusus dan terbatas. Maksudnya: dibuat satu, tak ada kembaran model dan motif bahan kainnya. Meski hanya dikenakan ketika akan tidur, kimono daster mereka tak bakal ada yang menyamai. Bagi perempuan-perempuan kelas atas seperti mereka, jangankan untuk ke kantor, hang out dan plesir ke negara manca, pergi ke alam mimpi saja harus ada dress code nya. Bukan asal berpakaian ataupun berpenampilan. Tak jarang mereka rela berburu kain-kain mahal hingga ke pusat-pusat mode dunia seperti Milan di Italia, Prancis dan Amerika Serikat. Keluar masuk butik-butik mahal, demi memuaskan keinginan beroleh selembar kain yang bakal menemani mereka travelling ke alam mimpi. Bukankah tidur nyenyak van pulas juga menentukan kualitas tidur mereka? Bukankah kualitas tidur juga alat takar yang pas untuk melihat betapa bahagia dan sentosa hidup mereka? Bisa tidur pulas itu kenikmatan, Bisa mimpi asyik hingga tersenyum dalam tidur juga barang mahal, Tidur hingga meneteskan liur di bantal adalah kenikmatan tak terperi. Demikian dalih nyonya-nyonya, nona-nona, ibu-ibu dan oma-oma yang sentosa secara materi. 

Koleksi FB Asakura Rumah Asa

Coba bayangkan, tak sedikit dari mereka yang terkena sindrom tak bisa merem nyaman alias insomnia, alias susah tidur. Kalau sudah begitu, dokter-dokter dan rumah sakit bertaraf internasional menjadi incaran mereka. Tak berhitung berapa rupiah ataupun dollar Singapura—kalau mereka terbiasa berobat ke negeri tetangga itu yang keluar dari dompet, eh ATM mereka. Terpenting adalah bisa tidur pulas hingga ngiler. Nah sekarang siapa bilang jadi perempuan sentosa itu mudah mendapatkan segala-galanya?Tidur saja mereka harus beli, jeng. Jadi gak ada gunanya kan memelihara iri dan dengki kepada mereka? Bisa jadi bisnis yang mereka jalankan dan profesi yang mereka lakukan membuat mereka gampang tergampar stress. La kalau stress, mereka jadi susah tidur. Kalau susah tidur, tentu tak baik untuk performance mereka. Apalagi yang profesinya harus selalu bertemu dengan klien dan orang banyak. Ujung-ujungnya, mereka juga wajib berburu dokter dan klinik kecantikan!. La iya to, mereka kan harus mendempul kisut-kerut di muka yang mulus akibat kelelahan tak mampu memejamkan mata dengan nikmat. Harus bolak-balik klinik untuk suntik Botox (botolinum toxin) atau bahkanoperasi menghilangkan kantung mata, diikuti dengan perawatan pasca operasi yang mengharuskan membeli botol-botol berisi ramuan ajaib nan mahal yang mampu menghadang kedatangan kerut di seputar mata. Walah, ribet ya jeng? 

Koleksi FB Asakura Rumah Asa

Nah kembali ke daster lagi. Jadi, jangan heran, iri,dengki, maupun sakit hati kalau mereka yang dia atas tak mau pakai daster murah buatan konfeksi dalam negeri yang kodian itu. Mereka harus terus menjaga image penampilan bagus mereka di dalam maupun di luar rumah. Dan itu tak mereka temukan di daster-daster yang dijual di pasar-pasar tradisional. Artinya lagi, daster-daster itu tak mewakili kepribadian mereka sebagai perempuan yang sadar fashion. La kalau sudah dipakai orang banyak, apa bedanya daster saya dengan daster orang kebanyakan? Memangnya seragam apa, kok dipakai orang banyak? Sekali lagi, jangan salah sangka, mereka hanya ingin apa yang mereka kenakan tak dikenakan orang lain. Kalau sama, apa bedanya saya dengan orang kebanyakan? Begitu kira-kira yang terlintas di kepala mereka, jeng.

Selengkapnya bisa juga meluncur ke cerita Budhe  
Ari Ambarwati

WA 081328621613
PIN 512a725d
....